12 December 2006

yang hilang




Hari Raya Natal hampir tiba dan kini di mana-mana perayaan Natal sudah mulai menggema. Kidung-kidung Natal menggema, pernik-pernik natal mulai betebaran di mana-mana dan aroma asesori natal lainnya mulai terlihat dan tercium di mana-mana.

Banyak hal yang dilakukan oleh orang kristiani di berbagai negara dalam merayakan Natal. Bahkan di negara atau daerah yang tertentu yang penduduk mayoritasnya beragama Kristen/Katolik telah terbentuk tradisi Natal yang menjadi ciri khas Natal di daerah/negara tersebut yang menarik untuk disimak dan dikunjungi .

Tanpa disadari perayaan Natal mengalami perubahan. Sesuai dengan perkembangan zaman. Memang, suasana Natal lebih semarak seperti yang terlihat di berbagai pusat perbelanjaan. Perayaan di gereja pun juga semakin meriah. Namun, rasanya tetap ada yang hilang dari Natal. Pada beberapa keluarga, kebiasaan berkumpul dengan keluarga besar di malam Natal masih ada. Namun, di banyak keluarga kebiasaan ini mulai hilang.

Kebiasaan mengirim kartu ucapan atau sekedar telegram indah sekarang jarang dilakukan. Itu tak hanya sekadar mengirim kartu, tetapi ada kasih dan perhatian di dalamnya. Untuk mengirim kartu Natal itu, rasanya ada “perjuangan” tersendiri.
Diawali dengan memilih kartu Natal. Lalu di dalamnya kita tulis pesan khusus. Masing-masing berbeda, tergantung kedekatan hubungan. Kiriman dari seseorang yang khusus, biasanya disimpan. Lain kesempatan, pesannya bisa kita baca ulang. Baru, setelah itu kita tempeli perangko dan dikirim. Jika waktunya mendesak, kita kirim telegram indah.

Sekarang, SMS, MMS atau e-Card menggantikan kehadiran kartu Natal dan telegram indah. Teknologi memang memudahkan. Tetapi rasanya, tetap ada sesuatu yang hilang. Sentuhan personal lewat tulisan tangan tak ada lagi. Atau jangan-jangan, kebersamaan dan kehangatan antar sesama pun juga mulai luntur? Ah, entahlah…

No comments: